(dikutip dari teman saya)
dulu, saya mengenalnya pada waktu yang tidak terduga.
saya percaya pada nasib dan saya membiarkan nasib berjalan dengan sendirinya.
akhirnya, saya terhanyut dalam arus yang semakin lama semakin menyeret saya kedalamnya.
saya, mungkin terlalu naif.
hingga saya membencinya.
mungkin karena saya tidak ditakdirkan untuk bersama dengannya selama beberapa saat.
saya merasa kalah, saya menganggap diri saya sebagai seorang pecundang.
dan saya pun mulai mengucilkan diri dari keadaan.
tidak perduli semuanya telah berubah diluar sana.
saya berusaha untuk menyadari, bahwa saya telah kalah dalam pertempuran ini.
saya membiarkannya hilang diantara kabut tebal.
saya tidak patut untuk mencarinya atau menunggunya pulang.
karena saya bukan gadis yang baik.
diam dan merenung.
diam membisu, menulikan telinga dari apa yang saya dengar.
saya berusaha tidak percaya.
saya memakai mata saya untuk memahaminya.
terus diam.
mengacuhkan pandangan orang lain.
diam sanggup membuat saya mengerti.
bahwa dia, hanyalah salah satu dari sekian banyak ambisi saya.
yang muncul saat saya ingin memilikinya,
saya terlalu bodoh untuk tetap berdiri diatas opera ini.
saya tidak selalu bisa menahan amarah yang tidak bisa saya bendung lagi.
saya terlalu lelah untuk memainkan opera panjang yang tak ada akhirnya.
saya benar-benar harus menghentikannya.
menggantungkan akhir cerita ini, karena saya telah lelah menunggu akhir ceritanya.
dan menanggap ini semua hanya sebuah pengalaman kecil dari sebuah mimpi
sang pemain opera ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar